Hari ini masih sama
seperti hari – hari sebelumnya. Aku bangun pagi, sarapan pagi, berbagi tugas
dengan sepupu, lalu pergi ke Dapomart untuk jadi kasir ‘sementara’ disana.
Sementara? Ya, liburan musim panas tinggal seminggu lagi, dan sialnya Obachan*
yang biasa menjadi kasir disini izin cuti seminggu karena Ibunya di Osaka
sedang sakit. Disaat seperti ini,
biasanya Pamanku menggantikan Obachan dengan pekerja paruh waktu, namun musim
panas yang hampir berakhir ini benar – benar sangat panas, pekerja paruh waktu
pun enggan untuk keluar. Paman dengan santainya menunjukku sebagai kasir untuk
sementara tanpa memikirkan nasib liburanku yang mengenaskan ini.
“Ayolah, Ojisan*!
Liburan musim panas tinggal seminggu lagi dan aku belum punya pengalaman
menarik untuk diceritakan pada teman – temanku nanti! Apa aku harus benar –
benar menjadi kasir disini?” kataku panjang lebar menolak perintah Paman.
“Oh, Paman lupa! Kau sudah dewasa rupanya. Kau takut tidak punya bahan cerita untuk pacarmu nanti, kan?” Paman malah bercanda.
“Aiss, Paman benar – benar sialan! Pacar apanya? Aku tidak punya pacar!”
“Oh, benarkah? Paman kira kau sudah punya pacar. Hahahaha, sayang sekali!” jawaban Paman makin membuatku kesal. Kenapa orang dewasa selalu menyinggung soal pacaran. Apa bagusnya pacaran itu? Aku benci jika harus membahas hal ini berulang kali.
“Oke, aku akan jadi kasir di toko kecil Paman ini, puas?” kataku ketus.
“Oh, baguslah! Tapi, walau toko ini kecil, cabangnya menyebar kemana – mana, kan? Hehehe” Lagi dan lagi, Paman terus bercanda.
-..-
Ya, itu sedikit cerita mengapa aku menjadi kasir sementara di Dapomart milik Paman.
===
“Anda tidak membutuhkan barang yang lain, Pak?”
“Tidak.” Jawab Pelangganku yang ke-11. Seorang pria kantoran dengan rambut botak.
Setelah kuhitung barang belanjaannya, memberinya struk, Paman botak itu segera pergi, dan dengan lidah malas ku katakan “Silahkan Berbelanja Kembali” sambil menundukan kepalaku. Andai tidak ada kamera CCTV disini, mungkin tidak akan kulakukan hal demikian.
Setelah Paman Botak itu pergi, pelangganku yang ke-12 masuk. Kali ini bukan para Ojisan lagi yang datang, lebih mirip ke irootoko (cowok tampan) bagiku. Dengan kaos putih bergambar wajah Sherlock Holmes, celana jeans pendek selutut, sepatu sport, dan membawa skeatboard di lengan kirinya, benar – benar terlihat keren. Aku tidak berhenti memandangi kaos yang ia kenakan, karena Aku adalah Sherlocked, alias penggemar Sherlock Holmes.
Dia-pelanggan ke-12 ku, berjalan menghampiri lemari pendingin, mengambil coffe moca dalam kemasan UHT, lalu berjalan lagi menuju rak yang dipenuhi tumpukan roti, mengambil salah satu roti yang mungkin menjadi roti kesukaannya, dan berdiri di depanku menunggu belanjaanya ku eksekusi.
“Anda tidak membutuhkan barang yang lain?” kataku pelan berharap dia tidak mendengarnya.
“He? Eng…" dia terdiam sejenak sambil berpikir. "ada plester?” jawabnya sejurus kemudian.
“Oh, ada. Chotto matte kudasai!” Aku mengambil sekotak plester di barisan rak kategori obat – obatan, lalu membawanya ke meja kasir. “Eng,,, maaf! Plesternya tinggal yng bercorak hati kayak gini, masih mau beli?” tanyaku pada pelanggan ke-12 ku.
“Oh, enggak apa! Aku
Cuma butuh satu kok.”
“What? Dia Cuma butuh satu? Ini , sih pelit namanya. Masa’ iya Cuma beli satu?” gumamku dalam hati.
“Totalnya ¥220.”
Setelah menyerahkan uang pas, Pelanggan ke-12 ku keluar dari Dapomart dengan plester bercorak hati tertempel di siku kirinya. Apa dia benar – benar PD memakai plester itu? Bercorak hati? Dia lelaki sejati, kan?
Aku mulai berpikir aneh, namun karena kaos Sherlock yang ia kenakan hari ini, membuatku yakin bahwa dia adalah lelaki sejati.
Pelanggan ke-12 ku sudah pergi agak jauh, namun dengan lantang ku teriakan “Silahkan Datang Lagi!”
Ini hal paling memalukan dalam hidupku, karena ternyata dia mendengarnya dan menolah ke arahku. Sontak au langsung terdiam dan menundukan kepalaku. Entah apa ekspresi apa yang ia pasang setelah mendengar aku mengucapkan kalimat tersebut.
to be continued.....
0 komentar:
Posting Komentar